Daftar Isi
Kewajiban Suami kepada Istri
Adapun kewajiban suami terhadap istri yakni memberikan mahar kawin, nafkah yang layak sesuai kemampuan, pakaian dan tempat tinggal, menggauli istri secara makruf (baik), menjaga istri dari dosa serta memberikan cinta dan kasih sayang.
Dengan kata lain, nafkah dari suami kepada istri terdiri atas nafkah lahir dan nafkah batin.
Nafkah Lahir Suami Kepada Istri
Nafkah lahir mencakup kebutuhan fisik atau badan. Hal ini seperti halnya kebutuhan sandang, pangan, dan papan (tempat tinggal). Termasuk biaya pendidikan anak hingga selesai jenjang pembelajaran dan juga biaya pengobatan apabila terdapat salah satu dari mereka (penerima nafkah) yang menderita sakit.
Nafkah lahir bisa berupa barang fisik atau dukungan finansial. Tentu saja keuangan keluarga harus terkelola dengan baik. Dalam artian, pengeluaran menyesuaikan dengan pendapatan.
Nafkah Batin Suami untuk Istri
Sedangkan nafkah batin adalah nafkah yang berhubungan dengan kejiwaan atau psikis istri, anak, dan kerabat. Seperti halnya seorang suami harus mampu menggauli istri dengan penuh kasih sayang, tidak kasar kepada anak, menjaga sopan santun kepada orang tua, serta menjalin hubungan baik dengan kerabat.
Kadar Nafkah yang Harus Diberikan oleh Suami
Para ulama dari kalangan Hanabilah berpendapat bahwa kadar nafkah hendaknya diukur sesuai dengan kondisi suami-istri. Apabila keduanya termasuk golongan yang dimudahkan rezekinya oleh Allah atau sama-sama berasal dari keluarga berada, maka wajib bagi suami memberi nafkah dengan kadar yang sesuai dengan keadaan keluarga mereka berdua.
Akan tetapi, jika keduanya berasal dari keluarga tidak mampu, maka kewajiban suami dalam menafkahi sesuai dengan keadaan mereka. Apabila keduanya berasal dari keluarga yang berbeda tingkat ekonominya, maka suami wajib memberi nafkah sesuai dengan kadar keluarga kalangan menengah.
Sumber: Pengaturan Nafkah Rumah Tangga dalam Islam.
Urutan Nafkah yang Benar Menurut Islam
Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa urutan nafkah [yang disebut dengan kata shadaqah] adalah diri sendiri, istri (yang disebut dengan kata ahli), kemudian baru kerabat dan selainnya.
Sumber: https://nu.or.id/syariah/apakah-nafkah-istri-harus-diutamakan-daripada-ibu-ini-penjelasannya-CSJhs
Suami Ikut Terlibat dalam Tugas Rumah Tangga
Akhalak Rasulullah sebagai kepala rumah tangga adalah, beliau membantu istrinya, hingga apabila datang waktu sholat maka ditinggalkannya apa yang dikerjakan. Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah, “Bahkan Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wassalam menjahit baju dan memperbaiki sandalnya sendiri”.
Baca Juga: Alasan-Alasan Mengapa Peran Ayah Lebih Penting dalam Pengasuhan Anak.
Awal Cemerlang adalah platform yang berfokus pada topik parenting & pengasuhan anak usia 2-7 tahun. Kami berharap bisa membantu para ayah-bunda dalam pengasuhan agar si kecil bisa merasakan masa-masa “awal” yang benar-benar “cemerlang”. Lewat website awalcemerlang.com dan social media, kami berbagi tips, cerita, dan info seru lainnya. Follow social media kami di IG @awalcemerlang dan Tiktok @awalcemerlang 😊 Gabung juga di WAG Komunitas Awal Cemerlang.
Suami ikut terlibat dalam urusan rumah tangga emang penting banget. Banyak suami menyangka tugas rumah tangga urusan istri padahal Rasulullah saw, tidak pernah mencontohkan demikian. Alhamdulillah, aku punya suami yang mau bantu-bantu mulai dari nyapu, nganter anak dan lainnya.
Mantab nih, jadi tahu harapan-harapan istri terhadap suami. Sebagai lelaki ini nambah sudut pandang baru yang selama ini mungkin terlewat. Thanks for this great post.
Sebagai calon suami, aku berusaha untuk menyerap semua butir-butir tulisan yang dibahas di atas. Aku baru tahu kalau urutan nafkahnya ternyata tetap ke diri sendiri dulu baru ke pasangan ya. Selama ini mikirnya pasangan dulu, keluarga dulu (anak) lalu sisanya ke diri sendiri.
Tentang peran di keluarga terutama dalam mengurus anak dan rumah, ya aku sepakat sekali untuk bekerja sama saling bantu. Nggak ada spesifikasi pekerjaan khusus yang harus dilakukan oleh salah satu pihak saja. Nice sharing.
perlu diskusi dan duduk bersama di awal setelah ijab kabul. Karena tidak semua suami, mau urun tangan soal pekerjaan rumah tangga. Walau dalam islam telah dicontohkan oleh rasul. yang seyogyanya, dalam urusan rumah tangga adalah campur tangan suami dan istri
Artikel yang menarik, jadi ikut tercerahkan di sini. Ternyata tugas sebagai suami itu banyak juga ya. Dan bukan hanya nafkah lahir dan batin saja, tapi termasuk suami diharapkan bisa terlibat aktif dalam tugas-tugas rumah tangga karena itu bukan hanya tugas seorang istri ya.
Kalau kebutuhan batin istri terpenuhi, biasanya istri cenderung akan merasa bahagia. Kalau istri/ibu rumah tangga udah bahagia lahir batinnya, Insyaallah aman deh tuh rumah tangga.
Tapi kalau istri udah “tantrum”, beeeeghhh jangan harap isi rumah damai ya, hehee
Terima kasih sharingnya, kak…
Suami istri emang harus saling melengkapi ya. Kalau bisa suami juga setara dan sekufu sama istrinya. Biar pas ngasih nafkah nggak kaget, kok jumlahnya lebih sedikit dari kebiasaan dulu pas masih single. Ada tuh yang akhirnya cerai karena faktor ekonomi, suami nggak bisa memenuhi nafkah sesuai kebutuhan istrinya. Apalagi kalo istrinya anak orang kaya. Hehe
sharing yang menarik kak
dalam urusan rumah tangga tak hanya istri saja ya yang berperan, suami pun juga.
karena kan terciptanya hubungan rumah tangga berkat adanya suami dan isteri.
karena itu penting banget kesepakatan di awal pernikahan ya?
Pernikahan harus dilihat sebagai ibadah yang membutuhkan effort kedua belah pihak
Jangan membayangkan pernikahan berarti masuk ke dunia penuh madu
Setelah saling berkomunikasi untuk mendapat kata sepakat
baru deh silakan menikah
Setuju kak. Peran suami dalam rumah tangga tidak hanya sebatas memberikan nafkah materi saja. Tetapi ada banyak hal lain yang mungkin dianggap sepele tapi penting dalam rumah tangga. Ini juga menjadi pengalaman saya pribadi di rumah tangga sebelumnya. Terima kasih informasinya kak 🙂
Setuju banget sih kalau harapan istri ke suami itu emang dinafkahi dengan bener-bener gitu loh kayak bertanggung jawab sama keluarganya. Terus suami juga mau bantuin istri buat beres-beres rumah karena sebagian suami masih banyak yang suka menyepelekan pekerjaan ibu rumah tangga yang capeknya gak abis-abis padahal
Pastinya setiap istri mempunyai harapan-harapan pada suaminya. Tapi memang dasarnya memberi nafkah sesuai kemampuan, dan memberi nafkah batin sesuai kebutuhan. Hanya kamau membantu pekerjaan rumah, pastinya disesuaikan dengan kemampuan suami juga. Misalnya suami diminta bantuan masak, padahal tidak bisa masak. Nanti malah masakan hangus hehehe
Ada satu perkara yang sering dilupakan oleh seorang lelaki yang sudah beristri bahwa kepentingan istri dan anak WAJIB DIDAHULUKAN sebelum memberikan atau membantu orang lain termasuk orang tua. Tapi jangan juga dilupakan bahwa orang tua adalah kewajiban semua anak-anak bukan hanya kepada anak tertentu saja. Itupun harus seijin atau sepengetahuan istri. Semoga dengan pemahaman yang baik ini, bisa mengurangi atau malah menghilangkan masalah urusan keuangan di dalam keluarga.
Hal-hal yang sederhana tapi prinsipal biasanya suka diabaikan padahal ga semua tugas rumah perempuan dan kerja adalab laki-laki. Kadang sebenernya perempuan tuh cuman butuh komunikasi yang sehat dan lancar..
Tapi asli berumah tangga itu ga mudah yaa
Nafkah ini sama dengan tanggungjawab.
Jadi, harus dipenuhi dari lahir maupun batin, tak terkecuali.
Dan Islam telah mengaturnya dengan sedemikian indah untuk hubungan pasangan halal setelah menikah, agar keduanya merasa tenang.
Kak, ada contoh hadits atau ayat yang menganjurkan agar suami ikut berkontribusi pada pekerjaan domestik nggak?
Aku mendukung poin kakak di atas. Suami dan istri harus berbagi pasangan dengan adil.
Kak, hadits maupun ayat al-quran mengenai anjuran suami ikut mengerjakan tugas domestik, sudah kami himpun di tautan ini /keutamaan-agar-suami-mengerjakan-tugas-domestik-juga/
Kayaknya aku bakal forwatd artikel ini ke suamiku supaya dia baca hehe 🙂 jadi ya bisa refleksi lah ya