suami istri berdebat di depan anak

Tidak ada rumah tangga maupun keluarga yang tidak memiliki masalah. Ada saja ujian yang dihadapi oleh masing-masing keluarga. Supaya siap dalam mengarungi bahtera rumah tangga dengan berbagai situasinya,berikut ini gambaran beberapa masalah dalam keluarga yang biasa terjadi:

Masalah Keluarga

Masalah Keuangan

Penyebab masalah keuangan biasanya adalah pengelolaan uang yang kurang baik. Misalnya lebih besar pasak (hutang) daripada tiang (pemasukan). Contoh lainnya adalah pada pengaturan prioritas, seperti porsi hiburan terdekat yang bersifat tersier didahulukan daripada pendidikan anak di masa datang yang lebih primer.

Tekanan karena masalah keuangan bisa memberikan akibat beruntun pada masalah-masalah yang lain. Misalnya menyimpan rahasia tentang hutang kepada seseorang, merahasiakan hutang dari pasangan, dan seterusnya.

Komunikasi yang Buruk

Komunikasi yang buruk biasanya diawali dengan asumsi-asumsi. Tidak apa membuat asumsi lebih dulu, namun asumsi tersebut wajib kita sampaikan kepada pasangan untuk pasangan menanggapi dengan suatu konfirmasi atau verifikasi. Minimal, pasangan menyampaikan pendapatnya.

Di sisi lain, komunikasi yang buruk adalah ketika salah satu pihak merasa takut akan dihakimi ketika menceritakan masalah yang sedang dialami. Para suami khawatir dihakimi soal pekerjaan atau nafkah yang dia berikan. Istri khawatir akan dihakimi oleh suami jika menceritakan soal tugas-tugas rumah tangga maupun pendidikan anak di sekolah.

Memang, tidak semua topik serius bisa dibicarakan di semua waktu. Bukalah topik saat bersantai dengan keluarga misalnya saat makan malam atau menonton TV. Demikian pentingnya quality time supaya memberikan kesempatan dan waktu untuk mendiskusikan hal-hal yang serius.

BACA JUGA  Level Tertinggi Seorang Istri dalam Rumah Tangga

Pengasuhan Anak

Pengasuhan anak bisa berjalan dengan baik jika sepasang orang tua lebih kompak dalam pengasuhan anak. Salah satunya adalah dengan menyadari bahwa bunda sebagai madrasah pertama atau “guru” sehari-hari, dengan ayah sebagai “kepala sekolah”-nya yang menentukan arah pendidikan secara stratejik.

Ayah-bunda pun perlu menetapkan batasan-batasan (boundaries) sejauh mana keluarga besar -termasuk kakek-nenek si anak- boleh mengintervensi pengasuhan maupun pendidikan anak.

Pembagian Tugas Rumah Tangga

Suami-istri maupun ayah-bunda memang datang dari latar belakang budaya yang berbeda. Tentunya masing-masing membawa ‘standard’ tertentu ketika berkumpul dalam ikatan halal bernama pernikahan.

Di antara mereka ada yang terlalu peka akan kerapihan dan kebersihan, di sisi lainnya ada pasangan yang kurang peka terhadap tugas rumah. Biasanya kemarahan akan meledak ketika tugas rumah tangga hanya dilakukan oleh satu orang saja dan tidak ada yang membantu. Memang, bantuan tidak harus dari pasangan langsung. Namun bisa dari asisten rumah tangga, maupun perlengkapan seperti vacuum cleaner, mesin cuci, dll.

Sulit Mengatur Jarak dengan Keluarga

Ada waktunya bagi kita untuk menyendiri atau me time, terlalu berlebihan dekat dengan keluarga juga dapat menjadi masalah, misalnya suami yang terlalu dibantu istri menjadi kurang mandiri, atau istri yang terjebak dalam tugas-tugas di rumah menjadi kurang pergaulan.

Tidak heran kepada para ibu rumah tangga, setidaknya harus dimaklumi untuk mengambil ‘cuti’ mereka sendiri ala-ala me time ibu rumah tangga. Di sinilah para suami memberikan kepada istrinya privasi dan kebebasan agar tetap menjadi diri sendiri.

Kepada para suami, selain bekerja di luar rumah merupakan aktualisasi dirinya, juga kesempatan untuk memberi jarak dengan keluarga dan menjadi diri sendiri. Sehingga, ketika pulang ke rumah, para lelaki ini bisa kembali melaksanakan perannya selaku ayah dan suami.

BACA JUGA  4 Pelajaran untuk Ayah dari Perceraian Ricis-Ryan

Masalah-Masalah Lain dalam Keluarga

Peristiwa-peristiwa seperti perceraian, keberadaan keluarga tiri, kekerasan fisik maupun verbal (KDRT), dan kecanduan (judi online, miras, narkoba) dan lain-lain juga sering menimbulkan permasalahan dalam unit keluarga.

Konflik Antar Anggota Keluarga

Konflik-konflik antar Peran dalam Keluarga bisa dipetakan menjadi:

  • Konflik sesama orang tua (antara suami dengan istri)
  • Konflik anak dengan orang tua
  • Konflik sesama saudara (sibling rivalry)

Cara-Cara Menyikapi Masalah dalam Keluarga

  1. Berempati kepada anggota keluarga yang lain. Empati bisa dilatih dengan berlatih mendengarkan tidak hanya dengan telinga, tetapi juga ‘mendengar’ dengan perasaan.
  2. Mengajak pihak-pihak yang terlibat konflik untuk berdiskusi mengenai apa-apa yang diinginkan. Hal ini harus diikuti dengan mendengarkan pendapat tiap anggota yang sedang berkonflik.
  3. Mengakui kesalahan, meminta maaf, serta menyampaikan niat untuk memperbaiki situasi.
  4. Dari sini, membuat kesepakatan yang ditaati oleh satu sama lain
  5. Bila perlu, melibatkan psikolog pernikahan/keluarga yang profesional dan sudah berpengalaman (ikuti konseling).

Demikian ilustrasi mengenai masalah-masalah apa saja yang terjadi di lingkup keluarga kecil dan bagaimana cara-cara menyikapinya. Semoga uraian oleh tim Awal Cemerlang tersebut bermanfaat untuk kita semua.

Referensi: https://hellosehat.com/mental/hubungan-harmonis/cara-menghadapi-masalah-keluarga/

Awal Cemerlang adalah platform yang berfokus pada topik parenting & pengasuhan anak usia 2-7 tahun. Kami berharap bisa membantu para ayah-bunda dalam pengasuhan agar si kecil bisa merasakan masa-masa “awal” yang benar-benar “cemerlang”. Lewat website awalcemerlang.com dan social media, kami berbagi tips, cerita, dan info seru lainnya. Follow social media kami di IG @awalcemerlang dan Tiktok @awalcemerlang 😊 Gabung juga di WAG Komunitas Awal Cemerlang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.